Langsung ke konten utama

BUDIDAYA GRACILARIA REVIEW



BUDIDAYA GRACILARIA 
 
Gracilaria sp. merupakan salah satu jenis rumput laut yang memiliki sifat euryhalin, artinya jenis yang memiliki rentang toleransi terhadap salinitas yang cukup tinggi. Gracilaria sp. dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat dalam pembudidayakan dengan memperhatikan beberapa hal, seperti kualitas air. Suhu perairan sebaiknya kisaran 27- 31ºC, kisaran salinitas 15-30 ppt, kisaran pH optimum 6-9, oksigen terlarut 6-7 ppm, perairan yang akan digunakan dalam budidayaan memiliki tingkat kekeruhan rendah sepanjang tahun dengan kecerahan 40-60 cm dan terhindar dari pengaruh sedimentasi atau intrusi air dan sungai, serta memiliki arus 14-44 cm/s atau 10 cm/s yang hanya disebabkan karena adanya angin dan tidak terlalu kencang.
Selain lokasi pembudidayaan yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan Gracilaria sp. yaitu pembibitannya. Pembibitan Gracilaria sp. sebaiknya perlu memperhatikan jenis dan kualitas dari rumput laut itu sendiri, dan bibit yang baik sebaiknya diambil dari daerah yang hampir sama dengan kondisi lingkungan alamiahnya. Pembibitan Gracilaria sp. yang ditanam adalah talus muda yang talusnya masih utuh, segar, dan cerah. Bibit Gracilaria sp. ditanam pada titik-titik dengan jarak sekitar 1 m dari bibit Gracilariai sp. lainnya. Setiap bibitnya ditanam berupa tumpukan dan setiap tumpukkan terdiri atas 2-3 kg bibit rumput laut. Bibit yang ditanam agar tumbuh secara optimal perlu diperhatikan pemerolehan suplai nutrien yang cukup serta secara secara terus menerus mendapatkan intensitas matahari yang baik untuk membantu proses fotosintesis. Berat bibit yang lebih sedikit dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan beratb bibit yang lebih banyak karena dengan jumlah thalus yang lebih sedikit dan tidak terlalu rimbun diharapkan thalus rumput laut dapat memperoleh nutrien dan cahaya matahari yang relatif lebih besar sehingga memungkinkan bagi rumput laut untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dibanding berat awal yang lebih berat.
Pembudidayaan rumput laut biasanya dilakukan diperairan payau atau tambak dengan sistem polikultur. Polikultur merupakan sistem dimana pada satu tempat terdapat beberapa organisme. Hal ini secara tidak langsung membawa keuntungan bagi petani tambak, petani bisa memanen lebih dari satu organisme. Namun petani tambak juga harus lebih intensif dalam mengelola tambaknya. Salah satu contohya, dalam satu tambak terdapat ikan bandeng, udang , dan Gracilaria sp.
Rumput lau dapat dibudidaya dengan beberapa sitem dan metode yang beberapa petani tambak dapat lakukan, diantaranya:
1.        Metode tebar atau dasar (bottom method) didalam tambak, metode ini menebarkan bibit pada dasar tambak. Metode ini memiliki kelebihan yaitu mudahnya dilakukan hanya dengan menyebar bibit. Namun, ada juga kekurangannya seperti menghasilkan produksi yang kurang baik, adanya hama yang memangsa rumput laut seperti trisipan, dan mudahnya rumput laut yang disebar terkontaminasi secara langsung oleh lumpur yang ada di dasar tambaksehingga kualitasnya kurang baik.
2.         Metode tali apung atau lepas dasar (off bottom method) yaitu metode dengan cara mengikatkan pada tali ris kemudian dikaitkan pada patok-patok atau pada rakit. Metode ini memiliki kelebihan seperti rumput laut tidak langsung terkena lumpur di tambak, memudahkan pemanenan, dan menghasilkan produk yang bervariasi. Kekurangan metode ini, mungkin sulitnya mengaitkan bibit pada tali ris. Metode ini juga mulai dikembangkan pula metode rakit (floating rack method), dan metode rawai (longline method).
3.        Metode longline merupakan metode penanaman dimana rumput laut berada di permukaan perairan. Keunggulan dari metode ini yaitu biayanya yang murah, dan pertumbuhan rumput laut lebih cepat dari pada metode lain. Metode ini banyak diminati oleh petani rumput laut karena fleksibel dalam pemilihan lokasi dan rumput laut terbebas dari hama bulu babi.    
Pemilihan metode penanaman rumput laut biasanya terkait erat dengan kondisi perairan dan skala usaha yang akan diterapkan. Seperti metode lepas dasar tidak mengalami peningkatan dan penurunan berat yang signifikan tiap minggunya, tetapi dalam proses penambahan berat rumput laut lebih rendah dibandingkan metode rawai panjang yang memiliki rata-rata 13,93.
Pemeliharaan rumput laut berlangsung 45 hari atau 1,5 bulan, sedangkan pemeliharaan rumput laut ditambak dilakukan selama 2-2,5 bulan. Pemanenan rumput laut Gracilaria sp. budidaya dapat dilakukan pemanenan setelah penanaman berumur 3-4 bulan dan panen berikutnya 2 bulan, tergantung pada kesuburan lahan tambak. Rumput laut yang di budidaya di tambak dan di laut akan menghasilkan kualitas rumput laut yang berbeda dapat dilihat dari produksi polisakaridanya yang akan mempengaruhi kekuatan gel yang dihasilkan. Bertambahkanya umur panen cenderung menyebabkan kadae abu mengalami peningkatan, karena rumput laut termaksud bahan pangan yang mengandung mineral yang cukup tinggi dan kemampuannya dalam menyerap minera; yang berasal dari lingkungan.
Budidaya Gracilaria sp. di tambak harus memenuhi syarat tempat hidup runtuk agar hasil maksimal. Tambak yang dipakai untuk budidaya Gracilaria sp. memiliki dasar pasir berlumpur. Air pada tambah harus jernih agar sinar matahari dapat menembus sampai dasar tambak antara 50-80. Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air tawar, untuk mengatur salinitas. Air tidak tercemar dari limbah industri atau pemukiman, dan tidak banyak hama rumput laut.
Bibit rumput laut mempengaruhi hasil dari kandungan agar, petani mengunkan bibit berulang dari rumput laut yang sengaja tidak dipanen. Kualitas dari biomassa maupun kandungan agar dan kualitas agar dipengaruhi oleh bibit rumput laut yang digunakan. Selain itu yang mempengaruhi kualitas hasil rumput laut yaitu, kualitas air, diantaranya salinitas, suhu, pH, kecerahan, serta nutrient untuk pertumbuhan berutpa nitrat dan pospat.  Ketersedian unsur pospat dan unsur nitrat mempengaruhi laju pertumbuhan dari Gracilaria sp., umumnya ketersediaan unsur pospat pada air haruslah lebih sedikit dari unsur natrium. Namun, apabila unsur pospat lebih banyak dari unsur natrium maka, laju pertumbuhan selektif meningkat sampai maksimum, lalau akan mengalami pertumbuhan dengan laju yang lebih lambat. Pengruh cuaca yang tidak menentu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan. Pengelolahan kualitas air merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya rumput laut Gracilaria sp. begitu juga pengaruh derajat keasaman (pH).
Pengunaan bibit seleksi dan bibit kultur jaringan mendapatkan hasil yang berbeda dalam budidaya Gracilaria sp. Jumlah kandungan agar akan lebih banyak mengunakan bibit kultur jaringan. Akan tetapi biomassa yang didapatkan lebih banyak mengunkan bibit hasil seleksi. Bibit seleksi merupakan bibit yang telah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya atau bibit asli daerah budidaya, sedangkan bibit kultur jaringan harus beradaptasi terlebih dahulu dengan tempat hidup yang baru. Kualitas rumput laut dapat dilihat dari kandungan agar tinggi, gel strength tinggi dan kadar air rendah, serta dipengaruhi oleh proses produksi, jenis musim panen, dan lokasi rumput laut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Leci

Litchi chinensis yang terdapat di data IPGRI sudah ada sejak tahun 2002 memuat data p assport, management, lingkungan dan bentuk, dan karakteristik litchi yang dikembangkan oleh Drs Mathura Rai, Nguyen Thi Ngoc Hue dan Bhag Mal. Dr Bhag Mal. Litchi atau lychee memiliki nama ilmiah Litchi chinensis Sonn termasuk dalam familia Sapindaceae yang berasal dari China Selatan dan kemungkinan dari Vietnam Utara. Sapindaceae termasuk familia yang relatif besar sekitar 125 genus dan 1000 spesies yang tersebar luas di daerah tropis maupun sub-tropis hangat. Litchi memiliki 3 sub-spesies yaitu, sub-spesies chinensis : Dimocarpus litchi, Litchi sinense, Nephelium litchi, sub-spesies philippinensis : Euphoria didyma, Litchi philippinensis, sub-spesies javanensis : L. chinensis f. glomeriflo . Pusat utama litchi berada diantara garis lintang 23 ° dan 27 ° utara di bagian subtropics China Selatan, Vietnam Utara, dan Malaysia. Budidaya di China sudah sekitar 2000 tahun, pada akhir abad ke-17 p

LAJU METABOLISME BASAL DAN FAKTOR LINGKUNGAN

Metabolisme adalah proses pembakaran kalori tubuh yang diperoleh dari asupan makanan, terdiri dari tiga jenis aktivitas, Resting Metabolic Rate   (RMR), Thermic Effect of Food   (TEF), dan aktivitas fisik. RMR adalah energy yang diganakan sebagai bahan bakar aktivitas dasar tubuh seperti bernafas dan tidur.   Thermic Effect of Food (TEF) adalah energy yang digunakan untuk membakar kalori atau secara eksplisit adalah untuk mencerna, menyerap, dan mengolahmakanan (Swenson, 1993). Basal metabolic rate (BMR) merupakan laju metabolism terendah yang diukur dari post-absorptive , normotermik individu dewasa di zona thermoneutral selama periode istirahat atau resting metabolic rate (RMR), RMR hampir sama dengan BMR, kecuali pada hewan yang tidak puasa dan tidak ada post-absorptive ( McNab , 200 9 ) . Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang spesifik antara tingkat metabolisme minimum dengan sejarah sifat hidup, perilaku, filogeni, dan beberapa faktor ekologi seperti iklim, diet, d